Sabtu, 04 November 2017

Memek Saya Dikocok Oleh Guruku Yang Ganteng



Memek Saya Dikocok Oleh Guruku Yang Ganteng

Lendirasia - Cerita Dewasa sebut saja nama saya Aini, waktu itu saya berumur 18 tahun di salah satu SMA Swasta, dimana penampilanku kalau bisa dibilang cukup menggoda para cowok disekolah saya. Kulit saya yang begitu putih dan bersih, dan bentuk badan yang langsing tapi padat berisi, dan bibir yang seksi, dibagian payudara yang begitu besar dengan ukuran 34 B dan Pantat yang Seksi membuat para cowok mengejar diri saya.


Dalam bergaul saya cukup begitu rama sehingga tidak heran bila para cowok di sekolah aku selalu mempunya banyak teman baik dari kakak kelas saya sampai adik kelas saya. aku sendiri masih kelas II, dimana cowok dan cewek semua senang bergaul dengan diri saya. Di salah satu kelas saya, saya termasuk salah satu yang mempunyai kepandaian cukup baik, rangking ke 2 dari 10 murid terbaik saat kenaikan kelas.

Dari kepandaian saya bergaul dan pandai berteman tidak jarang para guru cowok senang padaku dalam arti kata bisa di ajak berdiskusi tentang pelajaran dan pengetahuan pada umumnya. Salah satu Guru cowok yang aku sukai adalah bapak guru bahasa indonesia. orangnya yang begitu ganteng dengan penampilannya dan mempunyai badan yang kekar membuatku terpesona dengan bapak tersebut.

Dia memang sedang masih bujangan dan saya dengar - dengar dia hanya berumur 26 tahun, kalau dibilang masih bujangan tingting untuk zaman sekarang, Suatu ketika selesai pelajaran olahraga berakhir saya duduk beristirahat di sebuah kanting bersama teman saya lainnya termasuk teman - teman cowok.

Kita yang cewek - cewek masih mengenakan pakaian olahraga yaitu sebuah baju kaos putih yang kalau disiram air tembus ke dalam dan celana pendek. memang disitu cewek - cewek terlihat seksi dikarenakan kelihatan paha yang putih dan bersih termasuk pahaku yang begitu aduhai.

Tiba - tiba bapak guru bahasa inggris muncul, sebut saja namanya Ricardo.

Ya, Pagi semua, wah, kalian kecapekaan yah, habis main bola basket atau main bola volley?

Diriku menjawab, iya pak, kepanasan setelah selesai mengajar, ya pak iya, nanti jam setengah 2 belas saya kembali ngajar lagi. Jadi sekarang mau ngaso dulu.

Saya dan teman saya mengajak, disini saja pak, kita ngobrol " Pak Ricardo pun setuju.

Ok, boleh saja kalau kalian tidak beratan bapak duduk bersama kalian.

Ketika pak Ricardo mengambil posisi untuk duduk, saya langsung mendekat karena memang saya senang dengan kegantengannya...

Ala...., Aini, langsung deh, dekat - dekat, jangan mau pak.

Pak Ricardo menjawabnya, Ah !! yah, tidak kenapa - kenapa lah Aini dekat sama bapak.

Kemudian saya sengaja mencoba menggoda pandangan bapak Ricardo dengan menaikkan salah satu kaki seolah sedangn membetulkan sepatu yang saya kenakan, karena itu saya mengenakan celana pendek, terlihat dengan jelas putih paha dan keindahannya. Tampaknya Pak Ricardo hanya tersenyum dan saya berpura - pura minta maaf.

Sorry, ya Pak.

Dia menjawab, Thats OK. Di dalam hati aku tertawa karena sudah bisa mempengaruhi pandangan Pak Irfan.

Di suatu hari Minggu aku berniat pergi ke rumah Pak Ricardo dan pamit kepada Mama dan Papa untuk main ke rumah teman dan pulang agak sore dengan alasan mau mengerjakan PR bersamasama. Secara kebetulan pula Mama dan papaku mengizinkan begitu saja. Hari ini memang hari yang paling bersejarah dalam hidupku. Ketika tiba di rumah Pak Ricardo, dia baru selesai mandi dan kaget melihat kedatanganku.

Eeeh, kamu Dya. Tumben, ada apa, kok datang sendirian?.

Aku menjawab, Ah, nggak iseng aja. Sekedar mau tahu aja rumah bapak.

Lalu dia mengajak masuk ke dalam, Ooo, begitu. Ayolah masuk. Maaf rumah saya kecil begini. Tunggu, ya, saya pake baju dulu. Memang tampak Pak Ricardo hanya mengenakan handuk saja. Tak lama kemudian dia keluar dan bertanya sekali lagi tentang keperluanku. Aku sekedar menjelaskan, Cuma mau tanya pelajaran, Pak. Kok sepi banget Pak, rumahnya.

Dia tersenyum, Saya kost di sini. Sendirian.

Selanjutnya kita berdua diskusi soal bahasa Inggris sampai tiba waktu makan siang dan Pak Ricardo tanya, Udah laper, Dya?.

Aku jawab, Lumayan, Pak.

Lalu dia berdiri dari duduknya, Kamu tunggu sebentar ya, di rumah. Saya mau ke warung di ujung jalan situ. Mau beli nasi goreng. Kamu mau kan?.

Langsung kujawab, Okok aja, Pak..

Sewaktu Pak Ricardo pergi, aku di rumahnya sendirian dan aku jalan jalan sampai ke ruang makan dan dapurnya. Karena bujangan, dapurnya hanya terisi seadanya saja. Tetapi tanpa disengaja aku melihat kamar Pak Ricardo, pintunya terbuka dan aku masuk saja ke dalam.

Kulihat koleksi bacaan berbahasa Inggris di rak dan meja tulisnya, dari mulai majalah sampai buku, hampir semuanya dari luar negeri dan ternyata ada majalah porno dari luar negeri dan langsung ku buka buka.

Aduh! Gambar gambarnya bukan main. Cowok dan cewek yang sedang bersetubuh dengan berbagai posisi dan entah kenapa yang paling menarik bagiku adalah gambar di mana cowok dengan asyiknya menjilati vagina cewek dan cewek sedang mengisap penis cowok yang besar, panjang dan kekar.

Tidak disangkas angka suara Pak Ricardo tiba tiba terdengar di belakangku, Lho!! Ngapain di situ, Dya. Ayo kita makan, nanti keburu dingin nasinya.

Astaga! Betapa kagetnya aku sembari menoleh ke arahnya tetapi tampak wajahnya biasabiasa saja. Majalah segera kulemparkan ke atas tempat tidurnya dan aku segera keluar dengan berkata tergagapgagap, Ti..ti..tidak, eh, eng..ggak ngapangapain, kok, Pak. Maa..aa..aaf, ya, Pak.

Pak Ricardo hanya tersenyum saja, Ya. Udah tidak apa apa. Kamar saya berantakan. tidak baik untuk dilihatlihat. Kita makan aja, yuk.

Syukurlah Pak Ricardo tidak marah dan membentak, hatiku serasa tenang kembali tetapi rasa malu belum bisa hilang dengan segera.

Pada saat makan aku bertanya, Koleksi bacaannya banyak banget Pak. Emang sempat dibaca semua, ya Pak?.

Dia menjawab sambil memasukan sesendok penuh nasi goreng ke mulutnya, Yaa..aah, belum semua. Lumayan buat isengiseng.

Lalu aku memancing, Kok, tadi ada yang begituan.

Dia bertanya lagi, Yang begituan yang mana.

Aku bertanya dengan agak malu dan tersenyum, Emm.., Ya, yang begituan, tuh. Emm.., Majalah jorok.

Kemudian dia tertawa, Oh, yang itu, toh. Itu dulu oleh oleh dari teman saya waktu dia ke Eropa.

Selesai makan kita ke ruang depan lagi dan kebetulan sekali Pak Irfan menawarkan aku untuk melihatlihat koleksi bacaannya.

Lalu dia menawarkan diri, Kalau kamu serius, kita ke kamar, yuk.

Akupun langsung beranjak ke sana. Aku segera ke kamarnya dan kuambil lagi majalah porno yang tergeletak di atas tempat tidurnya.

Begitu tiba di dalam kamar, Pak Ricardo bertanya lagi, Betul kamu tidak malu?, aku hanya menggelengkan kepala saja. Mulai saat itu juga Pak Ricardo dengan santai membuka celana jeansnya dan terlihat olehku sesuatu yang besar di dalamnya, kemudian dia menindihkan dadanya dan terus semakin kuat sehingga menyentuh vaginaku. Aku ingin merintih tetapi kutahan.

Pak Ricardo bertanya lagi, Sakit, Dya. Aku hanya menggeleng, entah kenapa sejak itu aku mulai pasrah dan mulutkupun terkunci sama sekali. Semakin lama jilatan Pak Irfan semakin berani dan menggila. Rupanya dia sudah betulbetul terbius nafsu dan tidak ingat lagi akan kehormatannya sebagai Seorang Guru. Aku hanya bisa mendesah, aa.., aahh, Hemm.., uu.., uuh.

Akhirnya aku lemas dan kurebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Pak Ricardo pun naik dan bertanya.

Enak, Dya?

Lumayan, Pak.

Tanpa bertanya lagi langsung Pak Ricardo mencium mulutku dengan ganasnya, begitupun aku melayaninya dengan nafsu sembari salah satu tanganku mengeluselus penis yang perkasa itu. Terasa keras sekali dan rupanya sudah berdiri sempurna.

Mulutnya mulai mengulum kedua puting payudaraku. Praktis kami berdua sudah tidak berbicara lagi, semuanya sudah mutlak terbius nafsu birahi yang buta. Pak Ricardo berhenti merangsangku dan mengambil majalah porno yang masih tergeletak di atas tempat tidur dan bertanya kepadaku sembari salah satu tangannya menunjuk gambar cowok memasukkan penisnya ke dalam vagina seorang cewek yang tampak pasrah di bawahnya.

Boleh saya seperti ini, Dya?.

Aku tidak menjawab dan hanya mengedipkan kedua mataku perlahan. Mungkin Pak Ricardo menganggap aku setuju dan langsung dia mengangkangkan kedua kakiku lebarlebar dan duduk di hadapan vaginaku. Tangan kirinya berusaha membuka belahan vaginaku yang rapat, sedangkan tangan kanannya menggenggam penisnya dan mengarahkan ke vaginaku.

Kelihatan Pak Irfan agak susah untuk memasukan penisnya ke dalam vaginaku yang masih rapat, dan aku merasa agak kesakitan karena mungkin otototot sekitar vaginaku masih kaku. Pak Irfan memperingatkan, Tahan sakitnya, ya, Aini.

Aku tidak menjawab karena menahan terus rasa sakit dan, Akhh.., bukan main perihnya ketika batang penis Pak Ricardo sudah mulai masuk, aku hanya meringis tetapi Pak Ricardo tampaknya sudah tak peduli lagi, ditekannya terus penisnya sampai masuk semua dan langsung dia menidurkan tubuhnya di atas tubuhku. Kedua payudaraku agak tertekan tetapi terasa nikmat dan cukup untuk mengimbangi rasa perih di vaginaku.

Semakin lama rasa perih berubah ke rasa nikmat sejalan dengan gerakan penis Pak Ricardo mengocok vaginaku. Aku terengahengah, Hah, hah, hah,…

Pelukan kedua tangan Pak Ricardo semakin erat ke tubuhku dan spontan pula kedua tanganku memeluk dirinya dan mengeluselus punggungnya. Semakin lama gerakan penis Pak Irfan semakin memberi rasa nikmat dan terasa di dalam vaginaku menggeliatgeliat dan berputarputar.

Sekarang rintihanku adalah rintihan kenikmatan. Pak Ricardo kemudian agak mengangkatkan badannya dan tanganku ditelentangkan oleh kedua tangannya dan telapaknya mendekap kedua telapak tanganku dan menekan dengan keras ke atas kasur dan ouwww..,

Pak Ricardo semakin memperkuat dan mempercepat kocokan penisnya dan di wajahnya kulihat raut yang gemas. Semakin kuat dan terus semakin kuat sehingga tubuhku bergerinjal dan kepalaku menggeleng ke sana ke mari dan akhirnya Pak Irfan agak merintih bersamaan dengan rasa cairan hangat di dalam vaginaku. Rupanya air maninya sudah keluar dan segera dia mengeluarkan penisnya dan merebahkan tubuhnya di sebelahku dan tampak dia masih terengahengah.

Setelah semuanya tenang dia bertanya padaku, Gimana, Aini? Kamu tidak apaapa? Maaf, ya.

Sembari tersenyum aku menjawab dengan lirih, tidak apaapa. Agak sakit Pak. Saya baru pertama ini.

Dia berkata lagi, Sama, saya juga.

Kemudian aku agak tersenyum dan tertidur karena memang aku lelah, tetapi aku tidak tahu apakah Pak Ricardo juga tertidur.

Sekitar pukul 17:00 aku dibangunkan oleh Pak Irfan dan rupanya sewaktu aku tidur dia menutupi sekujur tubuhku dengan selimut. Tampak olehku Pak Irfan hanya menggunakan handuk dan berkata, Kita mandi, yuk. Kamu harus pulang kan?.

Badanku masih agak lemas ketika bangun dan dengan tetap dalam keadaan telanjang bulat aku masuk ke kamar mandi. Kemudian Pak Irfan masuk membawakan handuk khusus untukku. Di situlah kami berdua saling bergantian membersihkan tubuh dan akupun tak canggung lagi ketika Pak Irfan menyabuni vaginaku yang memang di sekitarnya ada sedikit bercakbercak darah yang mungkin luka dari selaput daraku yang robek. Begitu juga aku, tidak merasa jijik lagi memegangmegang dan membersihkan penisnya yang perkasa itu.

Setelah semua selesai, Pak Ricardo membuatkan aku teh manis panas secangkir. Terasa nikmat sekali dan terasa tubuhku menjadi segar kembali. Sekitar jam 17:45 aku pamit untuk pulang dan Pak Ricardo memberi ciuman yang cukup mesra di bibirku.

Ketika aku mengemudikan mobilku, terbayang bagaimana keadaan Papa dan Mama dan nama baik sekolah bila kejadian yang menurutku paling bersejarah tadi ketahuan. Tetapi aku cuek saja, kuanggap ini sebagai pengalaman saja.

Semenjak itulah, bila ada waktu luang aku bertandang ke rumah Pak Ricardo untuk menikmati keperkasaannya dan aku bersyukur pula bahwa rahasia tersebut tak pernah sampai bocor. Sampai sekarangpun aku masih tetap menikmati genjotan Pak Irfan walaupun aku sudah menjadi mahasiswa, dan seolaholah kami berdua sudah pacaran.

Pernah Pak Ricardo menawarkan padaku untuk mengawiniku bila aku sudah selesai kuliah nanti, tetapi aku belum pernah menjawab. Yang penting bagiku sekarang adalah menikmati dulu keganasan dan keperkasaan penis guru bahasa Inggrisku itu.

0 komentar:

Posting Komentar